Table of Contents
ToggleApa Itu Seismograf?
Seismograf adalah alat ilmiah yang dirancang khusus untuk mendeteksi dan mencatat getaran atau gelombang seismik yang terjadi akibat aktivitas geologis seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, atau bahkan ledakan buatan. Dalam dunia geofisika, alat ini menjadi salah satu senjata utama dalam memantau pergerakan bumi. Bayangkan seismograf sebagai “stetoskop” yang dipasang ke bumi—setiap getaran kecil pun bisa direkam dengan sangat presisi.
Biasanya, seismograf bekerja dengan memanfaatkan prinsip dasar fisika, yaitu gerakan relatif antara dua benda: satu yang diam dan satu yang bergerak. Ketika tanah berguncang akibat gempa, komponen tertentu dari alat ini akan tetap diam karena inersia, sementara sisanya bergerak bersama tanah. Selisih gerakan itu direkam sebagai sinyal yang kemudian bisa diubah menjadi grafik yang disebut seismogram.
Tak hanya di laboratorium, alat ini juga dipasang di berbagai titik rawan gempa di seluruh dunia, dari dasar laut hingga pegunungan. Dengan bantuan jaringan seismograf global, ilmuwan bisa mendeteksi gempa bumi dalam hitungan detik dan mengukur kekuatannya, kedalamannya, serta lokasinya.
Mengapa Deteksi Gempa Sangat Penting?
Gempa bumi adalah salah satu bencana alam paling mematikan. Tanpa adanya peringatan dini, ribuan nyawa bisa hilang dalam sekejap. Oleh karena itu, kemampuan untuk mendeteksi gempa sejak dini menjadi sangat krusial, terutama di wilayah-wilayah yang berada di atas lempeng tektonik aktif seperti Indonesia.
Dengan bantuan seismograf, tidak hanya gempa besar yang bisa dideteksi, tetapi juga gempa mikro yang nyaris tidak terasa oleh manusia. Deteksi ini berguna untuk memahami pola aktivitas seismik suatu wilayah dan bisa menjadi indikasi adanya potensi gempa besar di masa depan. Dalam jangka panjang, data dari seismograf juga berguna untuk membangun peta risiko gempa dan membantu perencanaan pembangunan yang tahan gempa.
Selain itu, teknologi deteksi gempa yang canggih juga menjadi dasar bagi sistem peringatan dini. Di Jepang misalnya, sistem ini memungkinkan pengiriman notifikasi ke smartphone beberapa detik sebelum guncangan terjadi—cukup waktu untuk mencari perlindungan. Semua ini tak akan mungkin terjadi tanpa kontribusi besar dari seismograf.
Sejarah dan Perkembangan Seismograf
Seismograf Pertama di Dunia
Tahukah kamu bahwa alat seismograf pertama kali diciptakan ribuan tahun lalu? Sekitar tahun 132 Masehi, seorang ilmuwan asal Tiongkok bernama Zhang Heng menciptakan alat pendeteksi gempa yang sangat sederhana namun jenius. Alat ini tidak menggunakan teknologi listrik atau digital, melainkan sistem mekanik berbasis bola logam dan patung naga. Ketika gempa terjadi, bola dari mulut naga akan jatuh ke mulut katak yang ada di bawahnya, menandai arah datangnya getaran.
Meskipun alat ini tidak dapat mengukur kekuatan gempa secara presisi, konsep dasar yang dipakai sudah mencerminkan prinsip kerja seismograf modern: menangkap pergerakan atau getaran tanah melalui komponen yang diam dan bergerak.
Penemuan Zhang Heng menjadi titik awal berkembangnya alat-alat pengukur gempa di masa berikutnya, hingga akhirnya di abad ke-19, ilmuwan Eropa mulai menciptakan seismograf mekanik yang jauh lebih presisi dan bisa merekam data dalam bentuk grafik.
Evolusi Teknologi Seismograf dari Masa ke Masa
Masuk ke abad ke-19 dan 20, seismograf mengalami kemajuan signifikan. Salah satu tokoh penting dalam evolusi ini adalah John Milne, seorang insinyur asal Inggris yang dikenal sebagai “Bapak Seismologi Modern.” Ia menciptakan seismograf horizontal pertama yang mampu merekam gelombang seismik pada tahun 1880-an.
Seiring kemajuan teknologi, alat ini berubah dari sistem mekanik menjadi sistem elektromagnetik, lalu berkembang menjadi alat digital yang kita kenal sekarang. Seismograf modern tidak lagi menggunakan pena dan kertas, melainkan sensor elektronik dan perangkat lunak komputer yang mampu menganalisis data dalam waktu nyata.
Hari ini, seismograf tak hanya dipakai untuk mendeteksi gempa, tetapi juga digunakan dalam eksplorasi minyak dan gas, studi aktivitas gunung berapi, bahkan untuk mendeteksi ledakan nuklir. Evolusinya yang luar biasa membuktikan bahwa alat ini terus relevan dan penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Komponen-Komponen Utama Seismograf
Massa atau Bandul Inersia
Komponen kunci dari seismograf adalah massa atau bandul inersia. Massa ini dirancang sedemikian rupa agar tetap diam saat terjadi guncangan, mengikuti prinsip inersia dalam hukum Newton. Saat tanah bergerak akibat gempa, massa tersebut cenderung tetap pada posisinya, sementara bagian lain dari alat bergerak bersama tanah. Perbedaan gerakan ini yang kemudian diubah menjadi sinyal untuk direkam.
Bayangkan kamu sedang berdiri di atas bus yang mendadak direm mendadak—kamu akan terdorong ke depan karena tubuhmu ingin tetap bergerak maju. Prinsip serupa digunakan dalam seismograf: massa tetap diam, sedangkan sisa alat “bergerak” karena mengikuti pergerakan tanah.
Massa ini bisa berupa logam berat yang digantung atau diletakkan di atas bantalan khusus. Di dalam seismograf digital, massa tersebut bisa dikontrol secara elektromagnetik agar lebih sensitif terhadap getaran kecil sekalipun. Peran massa inersia ini sangat krusial karena tanpanya, seismograf tidak bisa merekam getaran dengan akurat.
Pegas dan Sistem Suspensi
Untuk menjaga kestabilan massa inersia, digunakan pegas dan sistem suspensi yang sangat sensitif. Pegas ini memungkinkan massa untuk tetap dalam posisi tengah dan bergerak naik turun atau ke samping ketika ada getaran. Tanpa sistem ini, massa bisa melompat atau terguling saat terjadi guncangan besar.
Desain pegas dan suspensi dalam seismograf sangat bergantung pada jenis alat dan sensitivitas yang diinginkan. Pada seismograf analog, digunakan pegas logam dengan kekakuan tertentu. Sementara pada seismograf digital modern, digunakan sistem suspensi berbasis magnet atau elektrostatik yang jauh lebih akurat dan tahan terhadap gangguan eksternal.
Sistem ini juga bertanggung jawab dalam mengatur gerakan massa agar tetap berada dalam batas yang bisa diukur oleh sensor. Jika pegas terlalu kaku, maka hanya gempa besar yang bisa terdeteksi. Jika terlalu lentur, maka hasil rekaman bisa menjadi tidak stabil.
Alat Perekam dan Sensor
Komponen terakhir adalah alat perekam dan sensor. Di sinilah semua gerakan yang tertangkap oleh massa dan suspensi diubah menjadi sinyal yang bisa dibaca manusia. Pada seismograf analog, alat perekam biasanya berupa pena yang menulis di atas gulungan kertas yang terus bergerak. Gerakan pena menciptakan grafik gelombang yang dikenal sebagai seismogram.
Pada seismograf digital, gerakan ini ditangkap oleh sensor gerak—seperti piezoelektrik atau sensor elektromagnetik—yang mengubah getaran menjadi sinyal listrik. Sinyal ini kemudian diterjemahkan oleh komputer menjadi data visual dan numerik.
Keakuratan alat perekam sangat penting, terutama dalam mendeteksi perbedaan antara gelombang primer (P) dan sekunder (S) yang datang dari pusat gempa. Dengan mengetahui waktu kedatangan masing-masing gelombang, ilmuwan bisa menentukan lokasi dan kedalaman gempa dengan sangat akurat.
Prinsip Kerja Seismograf
Gerakan Relatif Antara Massa dan Tanah
Prinsip utama dari cara kerja seismograf adalah menangkap gerakan relatif antara massa inersia dan tanah yang bergerak. Saat gempa terjadi, gelombang seismik merambat melalui tanah dan menyebabkan gerakan mendadak. Massa di dalam seismograf tidak langsung ikut bergerak karena hukum inersia, sedangkan kerangka alat bergerak bersama tanah.
Gerakan ini menciptakan perbedaan posisi antara massa dan alat, yang kemudian diubah menjadi gerakan pena (pada seismograf analog) atau sinyal listrik (pada seismograf digital). Perbedaan ini menjadi dasar pembacaan amplitudo dan frekuensi gempa.
Sistem ini sangat sensitif sehingga bahkan getaran dari kendaraan berat atau aktivitas manusia bisa terdeteksi. Namun, dengan kalibrasi yang tepat, seismograf bisa memisahkan mana getaran yang berasal dari gempa asli dan mana yang tidak.
Transformasi Getaran Menjadi Sinyal Listrik
Dalam seismograf modern, proses transformasi getaran menjadi sinyal listrik adalah inti dari sistem kerja digitalnya. Getaran yang ditangkap oleh massa inersia diteruskan ke sensor, seperti sensor piezoelektrik atau elektromagnetik, yang dirancang untuk merespons perubahan posisi atau tekanan. Sensor ini menghasilkan tegangan listrik yang sebanding dengan intensitas dan arah gerakan yang diterimanya.
Sinyal listrik tersebut kemudian dikirim ke sistem akuisisi data yang mengubahnya menjadi bentuk digital menggunakan analog-to-digital converter (ADC). Data digital ini lalu dianalisis oleh komputer untuk menghasilkan seismogram, grafik yang menampilkan gelombang seismik. Informasi seperti amplitudo, durasi, frekuensi, serta waktu kedatangan gelombang P dan S terekam secara otomatis dan real-time.
Teknologi ini memungkinkan ilmuwan untuk memantau aktivitas seismik dengan presisi tinggi. Bahkan seismograf modern dapat terhubung secara langsung ke jaringan satelit dan pusat pemantauan global, membuat informasi tentang gempa bisa disebarluaskan hanya dalam beberapa detik setelah kejadian.
Jenis-Jenis Seismograf
Seismograf Vertikal
Seismograf vertikal dirancang untuk mendeteksi gerakan tanah ke atas dan ke bawah, yaitu gerakan vertikal dari gelombang seismik. Alat ini biasanya memiliki massa yang digantungkan dengan pegas secara vertikal. Ketika tanah bergetar ke atas atau ke bawah, massa akan tertinggal karena inersia, menciptakan perbedaan posisi antara tanah dan massa, yang kemudian diubah menjadi sinyal.
Seismograf vertikal sangat penting karena beberapa gelombang gempa, terutama gelombang longitudinal (gelombang P), memiliki komponen vertikal yang dominan. Tanpa alat ini, ilmuwan tidak bisa memperoleh gambaran lengkap tentang pola pergerakan tanah selama gempa terjadi.
Keunggulan alat ini adalah sensitivitasnya yang tinggi terhadap getaran kecil, dan kemampuannya untuk dipasang di berbagai kondisi lingkungan, termasuk daerah terpencil dan rawan bencana. Saat dikombinasikan dengan jenis seismograf lain, hasil deteksinya menjadi lebih akurat.
Seismograf Horizontal
Berbeda dengan versi vertikal, seismograf horizontal mengukur gerakan tanah ke arah samping—baik dari timur ke barat maupun utara ke selatan. Dalam alat ini, massa digantung sedemikian rupa agar dapat bergerak bebas dalam bidang horizontal saat terjadi getaran.
Jenis ini sangat efektif untuk mendeteksi gelombang sekunder (S) yang menyebabkan tanah bergeser ke samping. Karena banyak gempa merusak struktur bangunan dari arah lateral, seismograf horizontal menjadi penting untuk menganalisis dampak potensial gempa terhadap bangunan dan infrastruktur.
Biasanya, dalam satu stasiun pemantauan gempa, akan dipasang dua seismograf horizontal (saling tegak lurus) dan satu seismograf vertikal untuk mencakup semua arah gerakan. Data dari ketiganya kemudian digabungkan untuk membentuk gambaran tiga dimensi tentang aktivitas seismik.
Seismograf Modern Digital
Seismograf digital adalah versi tercanggih dari alat ini. Dibandingkan dengan seismograf konvensional yang menggunakan sistem mekanik, versi digital sepenuhnya berbasis elektronik dan perangkat lunak. Alat ini tidak hanya lebih akurat, tapi juga mampu mengirim data secara real-time ke pusat pemantauan jarak jauh.
Sensor digital menggunakan teknologi piezoelektrik, kapasitif, atau magnetik untuk mengubah getaran menjadi sinyal digital. Sinyal ini kemudian diproses oleh mikroprosesor dan dikirimkan melalui jaringan internet, satelit, atau jaringan khusus lainnya ke pusat data.
Keunggulan utama seismograf digital adalah fleksibilitasnya. Alat ini bisa diprogram untuk menyaring noise, mengatur sensitivitas, serta menyimpan data dalam kapasitas besar. Bahkan banyak seismograf digital saat ini yang sudah dilengkapi dengan GPS untuk mencatat waktu kejadian secara presisi.
Penggunaan seismograf digital juga memungkinkan terintegrasinya sistem dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mempercepat analisis dan peringatan dini. Ini adalah langkah maju yang sangat penting dalam upaya mitigasi bencana alam.
Cara Seismograf Mengidentifikasi Lokasi dan Kedalaman Gempa
Menggunakan Gelombang P dan Gelombang S
Seismograf bekerja dengan mendeteksi dua jenis gelombang utama: gelombang primer (P) dan gelombang sekunder (S). Gelombang P adalah gelombang pertama yang tiba di stasiun seismik karena kecepatannya lebih tinggi, sedangkan gelombang S datang sesaat setelahnya karena lebih lambat. Perbedaan waktu kedatangan kedua gelombang ini sangat penting dalam menentukan jarak pusat gempa dari stasiun seismik.
Ilmuwan menggunakan rumus tertentu berdasarkan kecepatan gelombang P dan S untuk menghitung seberapa jauh pusat gempa berada. Misalnya, jika gelombang P datang 6 detik sebelum gelombang S, maka berdasarkan kecepatan gelombang tersebut, bisa dihitung jarak episentrum dari stasiun. Dengan bantuan minimal tiga stasiun seismik, lokasi gempa dapat ditentukan dengan metode triangulasi.
Informasi mengenai lokasi ini sangat penting untuk menentukan daerah mana yang berisiko terdampak parah dan membantu dalam pengiriman bantuan atau evakuasi. Selain itu, data ini juga membantu ilmuwan mempelajari perilaku lempeng tektonik di wilayah tersebut.
Menentukan Kedalaman Gempa
Kedalaman gempa juga dapat diukur menggunakan seismograf, meskipun metode ini sedikit lebih kompleks. Dengan menganalisis gelombang yang dipantulkan dari permukaan dan lapisan dalam bumi, ilmuwan bisa mengestimasi seberapa dalam pusat gempa berada dari permukaan bumi.
Gempa dangkal (0-70 km) biasanya menyebabkan kerusakan lebih besar karena dekat dengan permukaan, sementara gempa dalam (lebih dari 300 km) cenderung kurang terasa di permukaan. Oleh karena itu, informasi kedalaman ini membantu dalam menilai potensi dampak gempa dan menentukan penyebab geologisnya
Deteksi Real-Time
Seismograf modern yang terhubung dengan sistem jaringan dapat memberikan data secara real-time. Begitu gelombang P terdeteksi, sistem akan secara otomatis mengirimkan peringatan ke area-area yang berpotensi terdampak sebelum gelombang S dan gelombang permukaan yang lebih merusak tiba.
Sistem ini telah diterapkan secara luas di negara-negara seperti Jepang, Meksiko, dan Amerika Serikat. Di Jepang misalnya, warga bisa menerima notifikasi di smartphone mereka beberapa detik sebelum guncangan terjadi—cukup waktu untuk melindungi diri atau menghentikan aktivitas berbahaya seperti mengoperasikan alat berat.
Kecepatan deteksi ini dimungkinkan karena teknologi seismograf digital yang sangat sensitif dan jaringan seismik yang rapat serta terintegrasi.
Integrasi dengan Sistem Transportasi dan Industri
Sistem peringatan dini yang berbasis seismograf juga dapat terintegrasi dengan infrastruktur vital seperti kereta cepat, jaringan listrik, bendungan, hingga fasilitas industri. Ketika sinyal gempa terdeteksi, sistem otomatis akan menghentikan kereta, memutus aliran listrik, atau menutup katup pipa gas untuk mencegah bencana lanjutan.
Ini menunjukkan bahwa manfaat seismograf tak hanya terbatas pada dunia ilmiah, tetapi juga berdampak langsung pada keselamatan publik dan keberlangsungan infrastruktur penting.
Seismograf di Indonesia: Pemantauan dan Tantangan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
Di Indonesia, pemantauan gempa dilakukan oleh BMKG melalui jaringan ratusan seismograf yang tersebar di seluruh negeri, terutama di daerah rawan gempa seperti Sumatra, Jawa, Sulawesi, dan Papua. Setiap alat terhubung ke pusat data yang memantau aktivitas gempa 24 jam nonstop.
Sistem ini tidak hanya mencatat getaran tanah, tetapi juga langsung menganalisis magnitudo dan lokasi gempa. Jika terdeteksi potensi tsunami, sistem akan mengaktifkan peringatan dini melalui sirine, SMS, radio, dan televisi untuk memperingatkan warga di daerah pesisir.
Tantangan Geografis dan Teknologis
Namun, Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan, termasuk sulitnya menjangkau daerah-daerah terpencil untuk pemasangan alat, keterbatasan sinyal komunikasi, dan kebutuhan akan peningkatan teknologi. Selain itu, pendidikan dan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan sistem peringatan dini juga masih perlu ditingkatkan.
Dalam beberapa kasus, gempa sudah terdeteksi namun tidak ditanggapi dengan cepat karena rendahnya pemahaman masyarakat atau keterlambatan sistem. Oleh karena itu, perlu ada kolaborasi antara pemerintah, ilmuwan, dan masyarakat dalam membangun sistem deteksi gempa yang tangguh dan andal.
Peran Seismograf dalam Penelitian Geologi dan Vulkanologi
Mengungkap Aktivitas Vulkanik
Selain untuk mendeteksi gempa bumi tektonik, seismograf juga memainkan peran penting dalam memantau aktivitas gunung berapi. Getaran yang dihasilkan oleh pergerakan magma di bawah permukaan bisa dideteksi sebagai gempa vulkanik. Seismograf yang dipasang di lereng gunung berapi dapat mencatat getaran-getaran kecil ini yang sering kali menjadi tanda awal erupsi.
Melalui analisis seismogram, ahli vulkanologi bisa mengetahui seberapa dalam dan cepat magma bergerak, serta memprediksi kemungkinan letusan. Ini sangat penting untuk memberikan peringatan dini kepada penduduk sekitar agar bisa segera mengungsi bila diperlukan.
Pemantauan seismik juga digunakan dalam fase pasca-letusan untuk menilai stabilitas struktur kawah, pergerakan tanah, serta potensi terjadinya lahar atau longsor yang bisa berakibat fatal.
Mendukung Eksplorasi Geologi dan Energi
Dalam dunia industri, terutama pertambangan dan energi, seismograf digunakan untuk eksplorasi bawah tanah. Dengan metode seismik refleksi, gelombang yang dipancarkan dan dipantulkan dari berbagai lapisan bumi dianalisis untuk mengetahui komposisi dan struktur bawah permukaan.
Teknik ini sangat berguna untuk menemukan cadangan minyak, gas bumi, atau mineral logam. Selain itu, seismograf juga digunakan untuk menilai kestabilan tanah dalam proyek-proyek konstruksi besar seperti pembangunan bendungan, terowongan, atau gedung pencakar langit.
Data dari seismograf membantu insinyur dan geolog memahami kondisi geoteknik suatu lokasi sebelum melakukan pembangunan
Kelebihan dan Keterbatasan Seismograf
Kelebihan Seismograf Modern
Seismograf digital masa kini memiliki banyak keunggulan. Mereka mampu:
-
Mendeteksi getaran sekecil apa pun dengan sensitivitas tinggi.
-
Memberikan hasil dalam bentuk digital yang mudah dianalisis.
-
Terhubung ke jaringan global untuk pelaporan real-time.
-
Dapat digunakan dalam berbagai kondisi geografis dan cuaca.
Selain itu, integrasi dengan teknologi cloud dan AI membuat pengolahan data menjadi lebih cepat dan akurat. Bahkan dengan sistem otomatisasi, proses deteksi, analisis, hingga peringatan bisa terjadi dalam hitungan detik saja.
Keterbatasan Seismograf
Namun, alat ini juga memiliki beberapa keterbatasan. Beberapa di antaranya adalah:
-
Tidak dapat memprediksi kapan gempa akan terjadi.
-
Rentan terhadap gangguan lingkungan seperti getaran kendaraan atau mesin berat.
-
Memerlukan kalibrasi dan perawatan berkala agar tetap akurat.
-
Butuh jaringan yang luas untuk menentukan lokasi gempa dengan tepat.
Masalah teknis seperti kehilangan daya listrik, gangguan sinyal, atau kerusakan alat di daerah terpencil juga masih menjadi tantangan, khususnya di negara berkembang.
Inovasi dan Integrasi Teknologi Baru
Masa depan seismograf sangat menjanjikan. Para ilmuwan kini tengah mengembangkan seismograf portabel yang bisa digunakan oleh siapa pun, bahkan lewat aplikasi di smartphone. Beberapa penelitian juga sedang mengembangkan sensor berbasis serat optik yang lebih akurat dan tahan gangguan.
Selain itu, integrasi seismograf dengan kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (machine learning) memungkinkan alat ini untuk “belajar” dari pola-pola gempa sebelumnya dan memperkirakan kemungkinan kejadian berikutnya. Ini bisa sangat membantu dalam membuat sistem peringatan gempa yang lebih canggih.
Jaringan seismik global juga akan semakin rapat dengan tambahan alat di lautan, wilayah kutub, dan daerah terpencil lainnya. Ini semua bertujuan untuk menciptakan sistem deteksi gempa yang menyeluruh dan responsif.
Kesimpulan
Seismograf telah menjadi alat vital dalam mendeteksi dan mempelajari gempa bumi. Dari masa kuno di Tiongkok hingga era digital saat ini, seismograf terus berevolusi mengikuti kebutuhan dan perkembangan teknologi. Peranannya tidak hanya dalam dunia sains, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, keselamatan masyarakat, dan pembangunan infrastruktur.
Dengan kemampuannya mendeteksi gelombang seismik secara real-time, seismograf berkontribusi besar dalam sistem peringatan dini dan mitigasi bencana. Meski belum bisa memprediksi gempa secara tepat, alat ini telah menyelamatkan banyak nyawa dan menjadi fondasi penting dalam penelitian geofisika dan vulkanologi.
Namun, tantangan masih ada, terutama dalam hal pemerataan teknologi, edukasi masyarakat, dan integrasi sistem. Oleh karena itu, kolaborasi antara ilmuwan, pemerintah, dan masyarakat sangat diperlukan untuk memaksimalkan manfaat alat luar biasa ini.
FAQ tentang Seismograf
1. Apakah seismograf bisa memprediksi gempa?
Tidak, seismograf hanya bisa mendeteksi gempa yang sudah terjadi, bukan memprediksi kapan gempa akan terjadi.
2. Berapa banyak seismograf yang dibutuhkan untuk mendeteksi lokasi gempa?
Minimal tiga seismograf diperlukan untuk menentukan lokasi gempa secara akurat melalui metode triangulasi.
3. Apakah seismograf bisa mendeteksi letusan gunung berapi?
Ya, seismograf bisa mendeteksi getaran akibat pergerakan magma di dalam gunung berapi yang biasanya menjadi tanda awal letusan.
4. Di mana seismograf biasanya dipasang?
Seismograf dipasang di stasiun pemantau gempa, lereng gunung berapi, dasar laut, dan wilayah rawan gempa lainnya.
5. Apakah ada aplikasi smartphone yang bisa menjadi seismograf?
Ya, beberapa aplikasi memanfaatkan sensor gerak di smartphone untuk mendeteksi getaran kecil, namun belum seakurat seismograf profesional.